Sejarah Tajen Di Pulau Bali

Sejarah Tajen Di Pulau Bali

Sejarah Tajen Di Pulau Bali – Taukah anda tentang Metajen? satu pekerjaan mengadu ayam memakai pisau dari pulau Bali? bila anda belum tahu, di bawah ini kita akan ulas tentang pekerjaan yang cukup unik ini komplet dengan sejarah serta beberapa hal-hal lain sekitar pekerjaan ini.

Metajen atau tajen ialah tradisi orang bali (umumnya botoh) untuk mengadu ayam mereka dalam satu arena, yang arah intinya adalah untuk sarana perjudian. Beberapa botoh mengganggap pekerjaan sabung ayam benar-benar hebat untuk dilihat dipertaruhkan.

Sejarah Tajen

Berdasar pembicaraan beberapa Pakar budaya di Bali, disebutkan jika sebetulnya tajen ini salah satu contoh dari perubahan tradisi dalam warga Bali. Ini memang karena tajen sendiri awalannya adalah pekerjaan yang mencontoh salah satunya upacara keagamaan hindu bali yakni Tabuh Rah.

Dalam ajaran hindu di bali, umumnya tetap ada acara penyembahan Buta Yadnya yakni lakukan pemberian sajen berbentuk bunga-bunga, buah-buahan, hasil pertanian dan perternakan. Salah satunya jenis hewan yang dipakai untuk kurban ini tidak lain ialah ayam. Tapi langkah pengurbanannya tidak dikerjakan oleh manusia, tapi ayam tersebut. Umumnya ayam yang dipakai ialah ayam jago yang diadu, tapi ayam itu dikakinya diberi pisau terlebih dulu. Ayam yang kalah serta darahnya terhambur itu yang akan jadikan kurban nanti.

Sebab acara tabuh rah ini dipandang benar-benar hebat, banyak umumnya warga yang hadir ikuti upacara arah intinya untuk melihat saat ayam yang akan dikurbankan itu bertanding. Sering ada yang serta menempatkan taruhan dengan sembunyi-sembunyi antar orang perorang.

Sebab pada intinya judi dilarang oleh semua agama, pada akhirnya perjudian ini selanjutnya dilarang dikerjakan saat berlangsung pekerjaan tabuh rah. Walhasil botoh yang ingin menempatkan taruhan pada laga beradu ayam sama membuat acara sendiri yakni Metajen ini.

Metajen dan Perjudian

Metajen diselenggarakan dengan terkonsep sebab ada ketentuan serta menghindarkan andanya perselisihan antar botoh baik pemilik ayam aduan atau penjudi. Arena metajen dibikin berupa segi 4 atau segi enam dengan tempat bangku pemirsa melingkar seperti lapangan sepak bola.

Umumnya akan ada sebagian orang pemilik ayam aduan bawa ayam jago mereka dengan sangkar bambu yang selanjutnya di letakkan di sudut-sudut arena. Saat akan berlangsung satu laga beradu ayam, akan ada seorang yang bekerja untuk lihat ayam yang akan berlaga istilahnya wasit lah. Wasit ini selanjutnya akan mengenalkan masing-masing petarung berserta ayamnya. Bila pemilik ayam sepakat untuk berlaga, wasit selanjutnya akan meneriakkan ayam pertama, selanjutnya akan diterima oleh beberapa botoh diarena. Bila ayam itu di favoritkan maka banyak teriakkan tawarkan taruhan. Selanjutnya baru wasit meneriakkan ayam ke-2 yang bisa menjadi musuh berlaga.

Beberapa botoh selanjutnya bertaruh sesuai persetujuan yang diharapkan contohnya cok, gasal dan lain-lain jadi arti judi sabung ayam. Setelah waktu untuk taruhan usai, karena itu laga sabung ayam dikerjakan seperti biasanya.

Sejarah Tajen Di Pulau Bali

Metajen ini terhitung unik sebab keadaan di arena benar-benar aman dimana beberapa pemain yang bertaruh harus mematuhi ketentuan, jarang-jarang sekali ada yang menempatkan taruhan tapi tidak bayar, begitupun sebaliknya. Mereka junjung tinggi sportifitas di arena tajen. Untuk ayam yang dipakai dalam laga ini disebutkan jangan asal-asalan. Ada beberapa macam ayam yang benar-benar jangan dipakai di arena metajen seperti Ayam Rajah Wilah atau Camah Brahma.

Saat saya menanyakan mengapa dapat benar-benar aman di dalam arena pada beberapa botoh senior, mereka akui sebab bila ada satu saja yang orang yang rese serta tidak ingin ikuti ketentuan, karena itu benar-benar kemungkinan besar orang itu akan dikeroyok, nyawa ialah taruhannya, serta sanak saudara mereka juga dapat mendapatkan getahnya. Oleh karenanya tidak ada yang ingin melakukan perbuatan beberapa macam di arena tajen.

Unsur yang lain yang sebab di tiap arena metajen telah ada sebagian orang yang bekerja jadi wasit, pengawas dan keamanan untuk jaga supaya pekerjaan tajen nyaman di nikmati baik oleh masyarakat lokal buat pelancong yang hadir melihat pekerjaan itu.

Memang dalam arena tajen sendiri banyak rotasi ekonomi yang cukup bermakna buat warga seputar, dari mulai penjual minuman dan makanan, penjual cendramata, pengerajin taji, tukang parkir serta ada banyak orang yang terjebak serta kecipratan uang di seputar arena ini. Tidaklah heran pekerjaan ini telah seperti pasar terkejut yang berada di Indonesia.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*